Aku memandang ke luar jendela dengan tatapan kosong. Untuk sesaat aku menghapus air mataku yang baru saja keluar. Untuk sekejap pandanganku menjadi jernih, namun kembali buram setelahnya. Aku berusaha untuk tidak menangis tetapi usahaku tampak sia-sia.
"Ixora? Apakah kau ada di sini?" sebuah suara terdengar dari lorong koridor. Cepat-cepat aku menghapus air mataku dan menghilangkan jejak yang ditinggalkan air mata itu. "Syukurlah kamu masih ada di sini" cewek itu berkata sambil tersenyum, senyuman yang dipaksakan,"Mau pulang bersamaku?".
Aku menatap cewek itu dengan tatapan tidak percaya, "Rosa?". Rosa menghampiriku dengan tatapan sendu. Rambut cokelatnya yang panjang tampak sedikit acak-acakan. Apakah dia baru saja menangis? Batinku sambil menatap mata hijaunya yang memantulkan sinar mentari senja. "Kau kenapa?"
Ia menggelengkan kepalanya dan menunduk menatap lantai, seakan-akan di lantai terdapat tulisan yang ia akan katakan. "Dave menolakku" katanya serak dan ia memelukku erat. Aku memeluknya balik dan mendengarkan keluh kesahnya yang ia tuangkan dalam isak tangis.
Rosa adalah kakak kembarku. Tetapi meski penampilan kami di luar sangat mirip, aku berbeda jauh dengannya. Rosa pintar, sedangkan aku tidak. Rosa dapat bersikap sangat lembut dan sabar, sedangkan aku tidak. Rosa benar-benar tau bagaimana untuk bersikap bagi seorang wanita, sedangkan aku tidak. Singkatnya, dia nyaris sempurna. Kekurangannya hanyalah ia tidak jago olahraga dan tidak dapat beradaptasi dengan suasana baru, 2 poin yang merupakan kelebihanku.
Aku menepuk pundaknya lembut, "mau pulang sekarang?" tawarku setelah ia puas bercerita. Ia mengangguk dan menghapus sisa-sisa air matanya. Kami berjalan dalam diam menuju rumah kami yang tidak jauh dari sekolah. Aku langsung membukakan pintu untuk Rosa dan membiarkannya masuk lebih dulu. Rosa tidak berkata apa pun kecuali memberi senyuman di bibirnya. Kami lalu berpisah saat masuk ke kamar masing-masing.
Aku menjatuhkan diriku di atas kasur yang empuk. Aku bingung harus merasakan apa. Di satu sisi aku senang Dave menolak Rosa karena aku juga menyukai Dave. Tapi di satu sisi aku merasa sakit melihat kesedihan Rosa. Seketika itu juga aku lan gsung merasa pusing. "Aaaaaarg" erangku sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal, menjadikan rambutku yang pendek berantakan. Kenapa semua ini harus menjadi complicated begini sih? tanyaku kesal.
Aku menatap mataku dan membayangkan Dave. Dave adalah temanku sejak kecil. Dari kecil dia sudah menjadi pusat perhatian dan terkenal karena dia mampu bersosialisasi dengan baik. Aku sudah menyukainya sejak lama. Hanya saja akhir-akhir ini aku agak menjaga jarak dengan Dave. Aku merasa Rosa mencintai Dave. Apalagi mereka sangat dekat, dan tiba-tiba saja aku merasa Dave sangat jauh dariku. Aku ingin menyerah tentang Dave dan ingin sekali membantu Rosa agar dapat bersama dengan Dave. Mereka pasti akan sangat cocok bersama.
Aku menghela nafas panjang dan memeluk gulingku erat. Untuk beberapa lama aku menatap langit-langit dalam hening sebelum menutup mata dan tidur. Mungkin hari ini adalah hari yang melelahkan bagiku, tapi setidaknya hari ini bukan hari yang terburuk. Ini masih lebih baik daripada hal-hal yang akan menghampiriku di hari-hari yang akan datang
***
Tittle : Don't Say I love You
Creation by: Pradana Wulandari
Genre : Romance, drama,
Type : Short Story
Category: teen